Tantrum adalah suatu bentuk perilaku anak yang meluapkan emosinya secara berlebihan. Bahkan, dalam satu waktu Tantrum muncul secara lebih ekstrim seperti membanting barang, memukul-mukul hingga membahayakan kondisi fisik Si Kecil. Tantrum sendiri biasa terjadi pada sebagian besar anak dan pastinya akan membuat orangtua merasa kesulitan untuk menghadapinya, khususnya jika terjadi di tempat umum.
Kepanikan yang terjadi pada orangtua biasanya menyebabkan penanganan Tantrum yang tidak tepat. Jika hal ini terjadi maka menenangkan Si Kecil akan menjadi lebih sulit kedepannya sehingga sangat penting bagi orang tua untuk Memahami Tantrum Lebih Dalam. Bagaimana caranya? Simak ulasan berikut.
Mengapa?
Selain keterbatasan Si Kecil untuk mengekspresikan sesuatu, Tantrum dapat terjadi karena keinginan anak yang tidak ia dapatkan. Penyebab inilah yang paling umum terjadi karena faktor kemampuan pengendalian emosinya yang masih kurang baik. Orangtua juga perlu mengamati ragam faktor internal maupun eksternal dari Si Kecil itu sendiri. Sebagai orangtua, kita harusnya bisa mengamati dan mempelajari pola dan faktor penyebab Tantrum pada anak. Lazimnya terdapat beberapa faktor seperti:
- Rasa Bosan: Khususnya di masa pandemi saat ini ketika anak-anak harus mengurangi aktivitas luar rumah, potensinya untuk menjadi bosan akan meningkat. Ketika ia bosan maka ia akan berusaha “mencari perhatian” orang tuanya.
- Kelelahan: Main terlalu lama, atau kegiatan sekolah yang padat akan membuatnya lelah hingga pada akhirnya ia merasa sangat kelelahan dan menimbulkan emosi yang berlebih karena rasa lelah yang ia pendam.
- Over Stimulating: Stimulasi lingkungan sekitar yang berlebihan akan memicu reaksi emosinya, seperti jika banyak orang yang bergantian menggendongnya, suara orang-orang yang di ruang tamu akan mengganggu kenyamanannya.
- Lapar: Jika kita sebagai orang dewasa akan merasa mudah marah saat merasa lapar, hal ini juga terjadi pada Si Kecil. Mengatur snack time Si Kecil agar ia tidak merasa lapar akan menjadi sangat penting.
Ragam Jenis Tantrum
1.Tantrum manipulatif
Tantrum manipulatif tidak selalu terjadi pada anak. Kebanyakan, Tantrum jenis ini terjadi karena adanya sebuah penolakan keinginan. Tindakan ini muncul saat keinginannya tidak terpenuhi ataupun tidak sesuai ekspektasinya. Secara sederhana, inilah Tantrum yang “sengaja dibuat” oleh Si Kecil agar keinginannya dapat terwujud.
2.Tantrum frustasi
Tantrum inilah yang terjadi akibat keterbatasan Si Kecil untuk mengekspresikan sesuatu dalam dirinya dengan baik. Anak berusia di bawah 3 tahun sangat rentan mengalami ini. Faktor lingkungan sekitar adalah pemicu utama dari Tantrum jenis ini.
Bagaimana Orangtua Mengatasinya?
1. Mengalihkan perhatian
Jika ia mulai menunjukkan indikasi mengamuk, secepatnya orangtua perlu mengalihkan perhatiannya. Mengalihkan dengan kegiatan tertentu atau menunjukkannya hal yang menarik akan sangat membantu seperti menunjukan mainan yang paling ia suka, menunjukan hewan yang lucu, memberikan snack favoritnya.
2. Jangan ada kekerasan
Melakukan kekerasan untuk menenangkan Si Kecil adalah hal yang sangat keliru. Hal ini terjadi (dan sering) maka ia akan menganggap bahwa tindakan tersebut adalah tindakan wajar dan akan ia contohkan suatu saat. Menenangkan Si Kecil dengan lebih pelan dan lembut adalah bentuk kepedulian yang sangat menyenangkan bagi Si Kecil seperti memeluk dan menciumnya.
3. Ketenangan Orangtua adalah kunci
Bagaimanapun, Tantrum pada anak pasti akan terjadi. Hal terbaik bagi orangtua adalah untuk menjaga diri untuk tetap tenang dan mengendalikan emosi sebaik mungkin. Jika hal ini dapat orangtua lakukan, maka langkah berikutnya adalah dengan memberikannya ruang untuk mengekspresikan emosinya. Hal ini perlu karena pada dasarnya ia akan menjadi tenang dengan sendirinya. Saat inilah kesabaran sangat penting untuk menghindari emosi yang tidak perlu.
4. Tindakan pendisiplinan
Hal ini akan menjadi perlu jika Tantrumnya sudah semakin hebat. Selain bersifat destruktif, potensi menjadi kebiasaan buruk bagi Si Kecil juga akan meningkat. Jika hal ini terjadi, orangtua perlu mengajarkan kedisiplinan padanya. Cirinya adalah tindakan mengganggu seperti membanting barang ke orang lain, melukai diri, dan menyakiti hewan peliharaan. Memberikan waktu isolasi bagi Si Kecil seperti memintanya untuk masuk ke kamar dan tidur, menghukum tidak akan mendapat cemilan kesukaannya adalah langkah yang tepat untuk membuat ia sedikit demi sedikit memahami bahwa tindakannya tersebut salah. Jika ia sudah tenang, temui dan pujilah ia dengan apresiasi yang cukup.
Tantrum Dapat Berkembang Menjadi Sifat
Pada umumnya Tantrum akan terjadi hingga usia 4 tahun dengan frekuensi yang akan menurun seiring dengan kapabilitasnya untuk mengatur fungsi verbal. Namun dalam beberapa waktu, Tantrum bisa menjadi perilaku bawaan jika tidak segera mendapatkan perhatian orangtua. Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, jika ia sampai melukai diri sendiri dan Tantrumnya terjadi, mencelakai orang atau mahluk hidup sekitar apalagi jika terjadi setelah usianya menginjak 4 tahun maka orangtua perlu segera menanganinya secara serius.